Rabu, 04 Mei 2016

Membudayakan Minat Baca Anak Pada Usia Dini

Artikel : Agus Supriadi, S.Pd
A. Pendahuluan
Sebuah analogi, jika ilmu pengetahuan diibaratkan sebuah gerbang dan buku sebagai gemboknya, maka membaca adalah kunci utuk membuka dan memasuki gerbang ilmu pengetahuan tersebut. Minat membaca buku-buku bacaan pada anak usia sekolah, dewasa ini dirasa kurang. Hal ini tercermin dari daya nalar anak dalam memahami isi bacaan, menceritakan kembali isi bacaan ataupun membuat sinopsis cerita bacaan yang di bawah rata-rata.
Kekurangmampuan tersebut menjadi indikator bahwa anak-anak kita kurang terbiasa dengan kegiatan membaca. Padahal tradisi membaca unsur yang sangat penting, sekaligus sebagai dasar bagi anak yang akan membuat anak belajar terus.
Maka langkah yang harus kita dukung dengan adanya pencanangan Hari Aksara dan Kunjungan Perpustakaan pada setiap bulan september. Pencanangan tersebut menjadi momen yang sangat tepat untuk meningkatkan minat baca anak, baik di rumah, di sekolah, maupun berkunjung ke perpustakaan di desa atau di sekolah.

B. Memanjakan Anak Dengan Buku Bacaan
Banyak dan beragamnya sumber bacaan, sebenarnya amat mendukung upaya-upaya meningkatkan minat baca pada anak. Di jenjang sekolah dasar misalnya, dalam satu tahun selalu dikirim buku-buku perpustakaan dalam jumlah yang cukup banyak dengan berbagai jenis bacaan seperti : Cerita Rakyat, Ilmu Terapan, Fiksi dan Ilmiah. Dengan demikian kita kurang pada tempatnya jika beralasan kekurangan buku-buku bacaan dengan tidak menyediakan sumber bacaan pada anak.
Perlu upaya yang sungguh-sungguh dan kreatif untuk memanjakan dunia anak dengan buku-buku bacaan. Karena salah satu jalan untuk meningkatkan minat baca anak-anak adalah dengan tersedianya sumber atau bahan bacaan untuk anak.
Namun demikian sikap selektif harus dilakukan dalam memilihkan bahan bacaan untuk anak. Buku yang diberikan pada anak harus memperhatikan tema yang cocok untuk anak. Sebagai contoh, biasanya anak yang berusia 1-8 tahun menyenangi tokoh-tokoh binatang. Maka, buku bacaan yang diberikan diusahakan yang lebih banyak berbentuk gambar daripada teks. Semakin tinggi usia anak, tokoh cerita berubah menjadi manusia dan bacaan yang cocok untuk anak isinya yang sebagian besar harus berupa teks.
C. Sikap Proaktif Dari Lingkungan
1. Lingkungan Keluarga
Pembudayaan minat baca pada anak usia dini harus dimulai dari rumah atau lingkungan keluarga. Karena keluarga merupakan lingkungan yang pertama dikenal anak. Bila anak ada di lingkungan keluarga yang penuh aneka jenis bacaan, niscaya anak terdorong untuk tahu isi bacaan yang ada disekitarnya.
Orangtua (lingkungan keluarga) harus secara teratur dan konsisten mengajak anaknya melihat bersama-sama gambar-gambar dalam buku dan menceritakannya untuk mereka. Suasana bercerita harus diusahakan menyenangkan dan akrab untuk anak. Karena dengan suasana demikian rasa senang dalam membaca dapat tercapai.
Pada umumnya persoalan yang dihadapi dalam kaitan pembinaan dan pembudayaan minat baca adalah, sikap orangtua yang kurang memberi dorongan kepada anak. Misalnya mengarahkan anak untuk mengutamakan membeli buku (bacaan) daripada membeli barang-barang lainnya.
2. Lingkungan Sekolah
sekolah merupakan linkungan kedua yang dapat mempengaruhi minat baca anak. Di tingkat Taman Kanak-Kanak (TK), anak mulai mengenal angka dan abjad. Pada akhirnya anak tertarik untuk mengeja dan membaca.
Pada perpustakaan-perpustakaan sekolah yang sudah terbentuk harus dioptimalkan fungsinya. Sebab perpustakaan tersebut merupakan sumber belajar yang sangat penting. Dalam hal ini, guru memegang peranan kunci sebagai pembina utama untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya minat baca anak di luar lingkungan keluarga dalam memahami buku-buku bacaan di samping buku pelajaran.
D. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Budaya membaca adalah sangat penting, sebagai dasar bagi anak yang akan membuat anak belajar terus.
2. Dalam pemberian buku-buku cerita untuk anak, orangtua harus selektif serta memperhatikan tema yang cocok untuk anak.
3. Peran guru selain sebagai pembina untuk mendorong minat baca anak di luar keluarga, ia juga memberi motivasi agar anak dapat membaca buku-buku selain buku pelajaran yang pokok.
*Artikel ini dimuat di “Gapura Winaya” Buletin Disdikpora Kabupaten Karawang 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar