Kamis, 26 Mei 2016

MENEGAKKAN SIFAT JUJUR


Semua orang menuntut adanya sifat ini, walaupun pada saat kejujuran sudah merupakan barang langka dalam kehidupan sehari-hari. Jujur artinya dapat dipercaya, yakni perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat baik. Jika sifat jujur ini tidak diwujudkan pada diri kita, maka akan sulit bagi kita untuk berbuat baik. Menegakkan sifat jujur dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 A. Membiasakan berkata sesuai dengan apa yang dilakukan.
 B. Mengakui kebenaran orang lain dan mengakui kesalahan sendiri jika memang salah.
 C. Menjauhi sifat dusta dan pembohong.
 D. Berlaku bijaksana sesuai dengan aturan hukum.
Jujur dapat disebut juga benar, memberikan sesuatu yang benar atau sesuai dengan kenyataan. Jujur atau benar terbagi kepada:
 A. Benar dalam ucapan, artinya mengatakan sesuatu dengan kenyataan.
 B. Benar dalam niat dan kemauan.
 C. Benar dalam menepati janji.
 D. Benar dalam perbuatan.
Kita dituntut untuk selalu berpegang pada kejujuran, dengan memperhatikan dasar-dasar kebenaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya, sehingga ia melaksanakan hukum yang benar berdasarkan ajaran agama. Oleh karena itu, Adil atau keadilan adalah buah dari sifat kejujuran. Dan adil ini diwajibkan oleh Allah untuk ditegakkan.
Lawan jujur adalah dusta, yaitu memberitahukan sesuatu berlainan dengan yang sebenarnya. Dalam bahasa sehari-hari jujur sering diterjemaahkan sebagai sikap terbuka, yakni tidak ada sesuatu yang perlu dirahasiakan atau ditutup-tutupi. Jujur berarti pula menempatkan sesuatu pada tempat yang selayaknya sesuai dengan tuntutan.
Tidak diragukan lagi bahwa semua orang menuntut adanya sifat jujur, baik pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Tidak terbatas, apakah dia seorang pemimpin atau bawahan, orang tua atau anak-anak, dan semua orang dalam lapisan dimanapun mereka berada. Begitu besar tuntutan untuk berlaku jujur, namun dalam kenyataan sehari-hari tidak semua melakukan kejujuran ini.
Banyak contoh yang menunjukkan bahwa orang yang berbuat jujur selalu disenangi oleh orang lain. Bahkan orang yang jujur dengan mudah meningkatkan martabatnya. Kita dapat mengambil contoh dari sikap Nabi Muhamad SAW sebelum menjadi nabi, ketika Beliau diserahi tugas oleh Siti Khadijah untuk menjalankan usaha dagang. Karena kejujuran Beliau dalam berdagang, maka usaha tersebut berhasil dengan meraih keuntungan yang besar. Disamping itu nama Beliau sebagai seorang yang jujur semakin terkenal di mana-mana.
Contoh lain tentang kejujuran adalah yang dilakukan oleh seorang budak pengembala kambing pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Ketika budak itu sedang mengembala kambing-kambing milik tuannya, datang Khalifah Umar membujuk untuk membeli salah seekor dari kambing-kambing itu. Budak itu tidak mau menjualnya, karena kambing itu bukan miliknya, tapi milik tuannya. Padahal jika budak itu mau menjual kambing itu hanya seekor saja, tuannya tentu tidak akan mengetahuinya. Khalifah Umar sangat terharu menyaksikan kejujuran budak itu. Beliau lalu membebaskan budak itu. Sebagai imbalan dari kejujurannya, budak itu menjadi merdeka dan dicintai banyak orang.
Ada beberapa hal yang dapat mendorong terpuruknya sifat jujur antara lain:
A. Membiasakan berbicara sesuai dengan perbuatan.
B. Mengakui kebenaran orang lain dan mengakui pula kesalahan diri sendiri jika memang salah.
C. Selalu ingat bahwa kejujuran mengantarkan manusia, ke jenjang derajat yang terhormat.
D. Meyakini bahwa dengan jujur, berarti menjaga diri dari hijamnya wajah di akhirat nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar