Akibat kurang teliti orang bisa menyesal yang
berkepanjangan, bahkan dapat mendatangkan celaka bagi orang lain. Oleh sebab
itu, agama mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap teliti, cermat,
atau seksama.
Dalam bidang apapun kita diperintahkan untuk bersikap teliti. Membaca
buku harus cermat dan teliti agar dapat memahami isinya. Membeli barang harus
teliti, agar tidak menyesal karena merasa kemahalan atau barang itu ternyata
kurang baik. Begitu pula jika kita menerima informasi, laporan, pengaduan,
apalagi isu dari seseorang hendaknya kita teliti dulu, apakah semua itu benar
atau tidak.
Hemat artinya berhati-hati dalam menggunakan sesuatu. Agama mengajarkan
agar kita hidup dalam kesederhanaan dan mencela hidup yang berlebih-lebihan.
Perintah hidup sederhana bukan berarti melarang hidup berkecukupan atau kaya.
Kita bahkan diperintahkan untuk mencari nafkah atau harta sebanyak-banyaknya.
Dengan harta yang banyak kita lebih banyak memperoleh kesempatan untuk beramal
dan beribadah. Dengan harta yang banyak kita dapat membantu pembangunan tempat
ibadah, panti asuhan, menyantuni anak yatim, dan bantuan lain untuk kepentingan
umat.
Perbuatan ikhlas adalah perbuatan yang timbul karena keinginan sendiri,
bukan karena perintah atau paksaan orang lain. Jika mengerjakan sesuatu karena
mengharapan sesuatu dari orang lain, maka belum termasuk ikhlas. Suatu
pekerjaan akan terasa ringan jika dikerjakan dengan ikhlas, dan sebaliknya akan
terasa berat, jika dikerjakan karena terpaksa.
Ikhlas atau tidaknya seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan sangat
bergantung pada niatnya. Apalagi pekerjaan yang termasuk ibadah, niat menjadi
penentu. Biasanya jika niat baik, maka hasilnya akan baik. Jika niatnya jelek
hasilnya pun akan jelek.
Allah menyuruh kita beramal dengan ikhlas agar amal
yang kita kerjakan bermanfaat, baik ketika kita berada di dunia maupun di
akhirat kelak. Sebab jika kita beramal dengan tidak ikhlas, karena mengharapkan
pujian orang (riya), maka amal kita akan sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar